Pages

Sabtu, 17 Oktober 2015

Seperti Apa Rasanya Hidup di Bulan?

Bagian utara dari sisi Bulan yang menghadap Bumi | Kredit: invigilare.org

Astronomy Event - Bulan merupakah satelit satu-satunya milik Bumi dan juga objek langit yang menjadi pilihan pertama untuk mengeksplorasi luar angkasa karena "kedekatannya" dengan Bumi. Seperti apa rasanya hidup di satelit alami tersebut? Apakah kita dapat bertahan lama di Bulan?

Salah satu perbedaan jelas antara Bumi dan Bulan adalah atmosfer. Langit di Bulan gelap karena ia tidak mempunyai atmosfer. Artinya kalian membutuhkan suplai oksigen yang sangat banyak agar bisa hidup lama disana. Begitupun dengan minuman dan makanan. Mungkin kalian bisa mendapatkan makanan dengan menanam tanaman di dalam rumah luar angkasa kalian (Artinya kalian harus siap-siap menjadi vegetarian untuk hidup lama disana.).

Kita bisa saja menambahkan atmosfer dengan menuangkan gas-gas nitrogen, oksigen dan gas-gas rumah kaca sehingga Bulan bisa ditinggali tanpa menggunakan pakaian luar angkasa. Namun Bulan tidak memiliki medan magnet seperti Bumi. Karenanya, angin matahari akan meniup atmosfer Bulan buatan. Atmosfer buatan ini hanya bisa bertahan selama kurang lebih 100 tahun.

Karena Bulan tidak memiliki medan magnet, artinya apapun yang ada dipermukaannya tidak akan terlindungi dari radiasi mematikan dari Matahari dan sinar kosmik. Kalian dapat terkena kanker dan bahkan kematian jika kalian terlalu lama terpapar radiasi ini.

Oke. Jadi bayangkan saja kalian memiliki rumah luar angkasa yang memiliki suplai oksigen, air dan makanan yang cukup untuk seumur hidup dan rumah itu memiliki material yang tak dapat ditembus radiasi luar angkasa. Tapi ada masalah lain yang kalian harus hadapi untuk menetap disana.

Bulan tidak mempunyai atmosfer, yang berarti objek langit ini tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu permukaannya. Saat siang hari, suhu permukaan bulan bisa mencapai 100 derajat Celcius. Saat malam, suhu dapat mencapai -70 hingga -120 derajat Celcius. Pemanas dan pendingin super dan juga banyak energi dibutuhkan disini.

Selain masalah dari luar angkasa dan Bulan itu sendiri, masalah pun akan muncul dari dalam. Dalam tubuh. Bukan. Tidak akan ada alien parasit yang akan tumbuh di dalam tubuh saat kalian di Bulan. Bulan memiliki hari yang sangat panjang karena kecepatan rotasinya yang begitu lambat. Siang hari di Bulan akan berlangsung selama 14,75 hari, begitupun dengan panjang malamnya. Kita terbiasa dengan siklus 24 jam, namun tidak dengan siklus 29,5 hari. Ini menyebabkan kantuk berlebihan, keletihan, gangguan pencernaan, dll.

Jadi, kalian harus membutuhkan banyak biaya, material serta kalian akan mengalami ketidaknyamanan di Bulan. Masih ingin tinggal disana?

Kamis, 15 Oktober 2015

Kesalahpahaman Umum Tentang Luar Angkasa (Bagian 2)

5. Membeku di Luar Angkasa

Dari Radiasi CMB (Cosmic Microwave Background), ilmuwan dapat mengetahui bahwa suhu rata-rata alam semesta adalah -270 derjat Celcius (Brrrrr....). Karena itu, orang-orang seringkali berpikir bahwa tubuh manusia akan membeku di luar angkasa. Walaupun begitu, itu tidak benar. Luar angkasa adalah ruang vakum yang berarti memiliki sangat sedikit materi. Di ruang antarplanet terdapat 10 molekul per cm^3 ruang. Ruang antarbintang memiliki 1 molekul per cm^3 ruang. Ini berarti, tidak ada materi yang cukup untuk menghantarkan panas dari tubuh ke luar tubuh (pendinginan) dengan cara konduksi dan konveksi. Tubuh kalian akan melepaskan panasnya dengan cara radiasi---memancarkan gelombang elektromagnetik, kebanyakan adalah dalam bentuk sinar inframerah. Cara ini kurang efektif, dan membutuhkan berjam-jam hingga berhari-hari untuk suhu tubuh kalian sesuai dengan suhu luar angkasa di sekitar tubuh.

6. Matahari adalah bola api yang menyala-nyala

Matahari adalah adalah bola api yang menyala-nyala. Panas dari apinya menghangatkan Bumi dan membuat kehidupan terbentuk di permukaannya. Walaupun begitu, Matahari bukanlah bola api. Apa yang kita sebut sebuah api adalah sebuah materi yang bereaksi dengan oksigen untuk membuat zat-zat baru. Karena itu, api membutuhkan oksigen. Matahari didominasi oleh hidrogen dan helium. Hanya sangat sedikit oksigen di Matahari. Panas yang dihasilkan Matahari sebenarnya berasal dari reaksi fusi hidrogen yang terus menerus di intinya.

Lalu, mengapa Matahari dapat menciptakan sebuah lidah api dan letupan? Seringkali terjadi anomali magnetik di Matahari. Medan magnet Matahari bisa saja mencuat keluar dari permukaan. Karena materi matahari terbuat dari plasma (ion positif dan elektron), materi permukaan Matahari akan mengikuti bentuk medan magnet. Saat medan magnet secara spontan terlepas dari permukaan dan terbang ke luar angkasa, begitu juga dengan materi yang dibawanya.

7. Mustahil untuk melewati sabuk asteroid

Film-film seringkali menggambarkan bahwa sabuk asteroid adalah danger zone. Wilayah yang dipenuhi oleh asteroid disana-sini. Sebuah pesawat luar angkasa mustahil untuk melewati wilayah ini kecuali jika pengandaranya memiliki keterampilan yang sangat baik, pesawat dapat melewati sabuk ini. Namun. sabuk asteroid bukan seperti yang mereka katakan. Ya, sabuk asteroid merupakan rumah bagi jutaan asteroid. Namun, sabuk asteroid sangatlah tidak padat. Faktanya, jarak rata-rata antara satu asteroid dengan asteroid lainnya adalah puluhan kilometer.

Ini dibuktikan dengan beberapa wahana luar angkasa yang sukses melewati "danger zone" ini tanpa menemui masalah. Bahkan wahana Dawn miliki NASA telah lama mengorbit di sabuk asteroid dan ia berhasil menuntaskan misinya mendekati Vesta dan Ceres.

8. Meteor terbakar di atmosfer karena gesekan udara.

Meteor bercahaya dan terbakar di udara karena gesekan meteor dengan udara. Gaya gesek tersebut terubah menjadi energi panas yang akhirnya membakar meteor. Namun faktanya, panas yang dihasilkan dari gesekan udara hanyalah 1% dari panas yang diakibat oleh jatuhnya batuan tersebut. Jadi apa yang sebenarnya membakar meteor? Saat meteor memasuki atmosfer Bumi, udara di depan meteor tertekan dan terkompresi (memadat). Hal sama akan terjadi jika kalian menggerakan tangan di permukaan air. Air yang berada di arah gerak tangan akan memadat. Terkompresi. Kompresi udara ini terbentuk disekitar meteor dan membentuk bow shock. Kompresi udara ini menimbulkan banyak energi panas. Sebagian dari panas ini ditransfer ke meteor itu sendiri. Ini menyebabkan meteor menyala-nyala.

Fakta tambahan. Meteoroid (batuan yang berada di luar angkasa) memiliki suhu yang sangat rendah. Bahkan setelah terbakar di atmosfer dan menabrak tanah, meteorit (meteor yang sampai ke tanah) akan terasa hangat, bukannya panas memanggang. Cahaya dari meteor sebenarnya adalah cahaya yang dihasilkan udara yang terkompresi dan terpanaskan sehingga menyala-nyala. Batu meteor itu sendiri tidak pernah menyala-nyala.

9. Matahari berwarna kuning

Matahari terlihat berwarna kuning di angkasa, jadi orang-orang berpikir bahwa warna matahari adalah kuning (sudah jelas tentunya ;) ). Namun berapa sering mereka mengatakan tentang hal tersebut, itu tidak akan mengubah fakta bahwa matahari sebenarnya berwarna putih. Ya! Putih. Atmosfer Bumi baik dalam menghamburkan cahaya berfrekuensi tinggi---cahaya hijau, biru dan ungu. Karena itu, saat cahaya matahari memasuki atmosfer, cahaya hijau, biru dan ungu dihamburkan hingga tersisa kuning, merah dan oranye. Karena itu cahaya langsung dari matahari berwarna kekuningan dan atmosfer berwarna biru.

10. Kesalahpahaman di film luar angkasa

Pada zaman dahulu kala (Maksudnya sebelum film Interstellar dan The Martian rilis. Hehehe.) banyak terdapat film luar angkasa yang mengandung sebuah hal yang tidak benar. Misalnya, dalam film peperangan antar bintang, pesawat yang terkena tembakan plasma atau laser atau apalah akan meledak dan menciptakan bola api dan suara yang menggelegar. Ini tidak benar. Yang paling jelas adalah bahwa luar angkasa adalah ruangan tanpa materi. Suara membutuhkan materi (gas, cairan dan padatan) untuk bergerak melalui ruang. Karenanya suara tidak bisa terdengar.

Bola api adalah kebohongan yang lain dalam film. Seperti yang telah dijelaskan di atas---fakta tentang matahari, api membutuhkan oksigen agar dapat menyala. Di luar angkasa tidak ada oksigen. Bola api tidak akan terbentuk. Namun, ledakan dapat terjadi di luar angkasa dalam bentuk energi cahaya, panas dan kinetik. Jadi, ledakan pesawat tempur luar angkasa hanya berupa kilatan cahaya menyilaukan yang hanya bertahan sejenak.

Kamis, 01 Oktober 2015

Ada Apa di Bulan Oktober 2015?


Astronomy Event - 28 September lalu, fenomena spektakuler nan langka terjadi, gerhana supermoon. Walau sayangnya masyarakat Indonesia tidak bisa melihat fenomena ini. Bulan Oktober ini, langit akan menyajikan satu kali lagi supermoon yang juga menjadi supermoon terakhir pada tahun ini. Selain itu akan ada hujan meteor terkenal pada bulan ini. Apa saja fenomena-fenomena astronomis pada bulan Oktober 2015?

1 Oktober - Komet C/2013 US10 Catalina dapat dilihat oleh mata telanjang (walau terlihat samar).

2 Oktober, 18:41 WIB - Konjungsi sangat dekat Bulan-Aldebaran terjadi dan keduanya akan terpisah 0,4 derajat. Kita tidak bisa melihat konjungsi ini pada saat itu. Namun kita bisa melihatnya pada pukul 22:21 WIB pada saat keduanya terpisah 2,5 derajat di langit timur.

2 Oktober, 17:26-18:35 WIB - Bayangan Io dan Calisto tampak di piringan Jupiter.

3 Oktober - Vesta mencapai kecerlangan tertingginya pada tahun ini (magnitudo 6,1, hampir tidak bisa dilihat mata telanjang). Disarankan untuk melihat Vesta pada dini hari dan menggunakan binokuler atau teleskop (diameter >70mm) untuk melihatnya.

5 Oktober, 04:07 WIB - Bulan berada pada fase separuh akhir.

6 Oktober - Aktivitas hujan meteor Draconids dimulai.

7 Oktober, 04:42 WIB - Konjungsi Bulan-Praesepe terjadi dan keduanya terpisah 5,1 derajat. Keduanya akan berada tinggi di langit timur laut.

8 Oktober - Hujan meteor Draconids mencapai puncaknya. Jumlah meteor yang jatuh per jamnya bervariasi dari tahun ke tahun. Ada kemungkinan terjadi "ledakan" hujan meteor yang menyebabkan ratusan hingga ribuan meteor jatuh per jam.

9 Oktober, 03:17 WIB - Konjungsi sangat dekat Bulan-Venus terjadi dan keduanya akan terpisah 0,9 derajat. Saat itu keduanya berada rendah di langit timur.

10 Oktober - Aktivitas hujan meteor Delta Aurigids dimulai, aktivitas hujan meteor Draconids berakhir dan aktivitas hujan meteor Taurids Selatan mencapai puncak. Kalian bisa melihat 5 meteor per jam jika kondisi langit ideal.

10 Oktober, 03:52 WIB - Konjungsi Bulan-Mars terjadi dan keduanya akan terpisah 4,7 derajat. Saat itu keduanya berada rendah di langit timur.

10 Oktober, 04:44 WIB - Konjungsi dekat Bulan-Jupiter terjadi dan keduanya akan terpisah 2,3 derajat. Saat itu keduanya berada di langit timur.

11 Oktober, 19:18 WIB - Uranus berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi (2,8 miliar km)

11 Oktober, 20:02 WIB - Bulan berada pada jarak terjauh dengan Bumi (404.464 km)

12 Oktober - Hujan meteor Delta Aurigids mencapai puncaknya. Kalian akan melihat 2 meteor jatuh per jam dalam kondisi yang ideal.

12 Oktober, 02:04 WIB - Uranus mencapai kecerlangan maksimum pada magnitudo 5,7. Hanya bisa dilihat oleh mata telanjang dibawah langit yang ideal. Lebih baik menggunakan binokuler untuk melihatnya.

13 Oktober, 01:20 WIB - Merkurius berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (46 juta km).

13 Oktober, 07:07 WIB - Bulan berada pada fase bulan baru.

14 Oktober - Aktivitas hujan meteor Epsilon Geminids dimulai.

15 Oktober, 21:09 WIB - Komet 22P/Kopff mencapai kecerlangan maksimum pada magnitudo 9,2. Tidak bisa dilihat mata telanjang. Lebih baik gunakan binokuler atau teleskop kecil (diameter>70mm)

16 Oktober, 10:03 WIB - Merkurius mencapai elongasi pagi terbesar. Merkurius bisa diamati sebelum matahari terbit.

16 Oktober, 20:02 WIB - Konjungsi Bulan-Saturnus terjadi dan keduanya terpisah 3,2 derajat. Saat itu keduanya berada rendah di langit barat.

18 Oktober- Hujan meteor Delta Aurigids berakhir. Di hari yang sama, hujan meteor Epsilon Geminids mencapai puncak. Kalian bisa melihat 3 meteor jatuh per jam dalam kondisi ideal.

18 Oktober, 03:44 WIB - Konjungsi sangat dekat Mars-Jupiter terjadi dan keduanya hanya terpisah 0,4 derajat. Saat itu keduanya berada di langit timur.

18 Oktober, 15:45-17:10 WIB - Bayangan Io dan Ganymede tampak di piringan Jupiter.

19 Oktober - Aktivitas hujan meteor Leo Minorids dimulai.

20 Oktober - Aktivitas hujan meteor Taurids Utara dimulai.

20 Oktober, 08:15 WIB - Oposisi Archernar.

21 Oktober - Hujan meteor Orionids mencapai puncaknya. Dalam kondisi yang ideal, kalian bisa melihat 25 meteor jatuh per jam. Sebaiknya melihat hujan meteor ini saat dini hari.

21 Oktober, 03:32 WIB - Bulan berada pada fase separuh awal.

24 Oktober - Hujan meteor Leo Minorids mencapai puncaknya. Kalian bisa melihat 2 meteor jatuh per jam dalam kondisi ideal.

25 Oktober, 09:28 WIB - Komet 22P/Kopff berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (233,11 juta km).

26 Oktober, 05:02 WIB - Konjungsi dekat Venus-Jupiter terjadi dan keduanya terpisah 1,0 derajat. Lebih baik mengamati konjungsi ini saat dini hari hingga subuh.

26 Oktober, 18:47 WIB - Konjungsi dekat Bulan-Uranus terjadi dan keduanya terpisah 1,8 derajat. Saat itu keduanya berada di langit timur.

26 Oktober, 19:59 WIB - Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi (358.444 km).

27 Oktober - Aktivitas hujan meteor Epsilon Geminids dan Leo Minorids berakhir.

27 Oktober, 19:06 WIB - Bulan mencapai fase purnama. Malam itu, fenomena supermoon terjadi dan itu akan menjadi supermoon terakhir pada tahun ini.

30 Oktober, 04:46 WIB - Konjungsi dekat Bulan-Aldebaran terjadi dan keduanya terpisah 1,5 derajat. Saat itu keduanya berada di langit timur.